Daftar Purnawirawan Jenderal TNI di Kubu Prabowo – Sandiaga

Tim pemenangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menghadapi pemilihan presiden 2019 diperkuat oleh sederet purnawirawan jenderal TNI dari aneka mantra. Para purnawirawan yang memiliki beragam latar belakang, dari Kepala Badan Intelijen Strategis sampai mantan menteri, bergabung di kubu Prabowo untuk melawan calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin.

Baca: Dua Tim Purnawirawan Kubu Jokowi Hadang Prabowo di Pilpres 2019

Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, para purnawirawan jenderal ini memiliki pengalaman yang berguna untuk memenangkan Prabowo di pilpres 2019. Mereka nantinya akan banyak bergerak menggalang dukungan di daerah. “Istilahnya perang teritori,” katanya di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Ahad, 30 September 2018.

Berikut beberapa purnawirawan jenderal di Badan Pemenangan Nasional Prabowo – Sandiaga.

1. Laksamana TNI (purn) Tedjo Edhy Purdijanto (Wakil Ketua Dewan Penasihat)

Tedjo Edhy adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan di era awal pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla. Namun Tedjo terkena reshuffle kabinet hanya setelah sepuluh bulan menjabat menteri. Sebagai penggantinya, Jokowi menunjuk Luhut Binsar Pandjaitan.

Selama menjadi menteri, Tedjo dinilai beberapa kali melontarkan pernyataan yang blunder. Dalam polemik Komisi Pemberantasan Korupsi versus Kepolisian Republik Indonesia, misalnya, Tedjo menyebut bahwa dukungan dari rakyat untuk KPK tidak jelas.

Tedjo bergabung dengan Partai Berkarya yang didirikan oleh Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto pada 2016. Sebelumnya, dia bergabung dengan Partai NasDem. Tedjo semula menjabat posisi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya sebelum posisi itu akhirnya ditempati Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto yang hijrah dari Partai Golkar. Karena itu, kini Tedjo menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya.

2. Letnan Jenderal TNI (purn) Yunus Yosfiah (Wakil Ketua Dewan Penasihat)

Yunus Yosfiah adalah mantan Menteri Penerangan era Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Lulusan Akademi Militer Nasional angkatan 1965 ini sempat menjabat sebagai Menteri Penerangan, sebelum jabatan itu dihapuskan pada masa Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Nama Yunus Yosfiah kerap disebut setiap kali menjelang 30 September. Sebab, Yunus yang menghentikan pemutaran film propaganda Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI. Keputusan itu diambil lantaran adanya nuansa pengkultusan tokoh dalam sinema besutan Arifin C. Noer itu dan dinilai tak sejalan dengan semangat reformasi. Selain itu, Kementerian Penerangan di era Yunus menghapuskan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) yang menandai berakhirnya pengekangan terhadap pers.

Yunus juga disebut sebagai pelaku penembak lima wartawan asing di Balibo, Timor Timur pada 16 Oktober 1975. Peristiwa ini juga dikenal sebagai Balibo Five (Balibo 5). Dua wartawan asal Inggris, dua wartawan Australia, dan satu wartawan Selandia Baru tengah melakukan investigasi ihwal persiapan tentara Indonesia ke Timor Timur.

Baca: Kinerja Presiden dari Soekarno sampai Jokowi, Menurut Prabowo

Pada 2007, Pengadilan Koroner negara bagian New South Wales Australia mengungkap bahwa Yunus Yosfiah adalah tentara yang memulai tembakan pertama terhadap para wartawan itu. Sejumlah saksi mengungkap bahwa Yunus terlibat. Ketika peristiwa itu terjadi, Yunus berpangkat kapten infanteri dan berperan sebagai komandan lapangan operasi di Balibo.

Ditemui di rumahnya, Yunus menolak berbicara. “No comment!” kata dia kepada Aqida Swamurti dari Tempo pada 17 November 2007.

Karier politik mengantar Yunus menjadi Ketua Fraksi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia di Majelis Permusyawaratan Rakyat pada 2007. Tiga tahun setelah pensiun dari TNI pada 1999, pria kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan ini bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan. Di partai ini, Yunus sempat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada 2015, Yunus bergabung dengan Partai Gerindra dan didaulat sebagai anggota Dewan Pembina. Di Badan Pemenangan Nasional Prabowo – Sandiaga, Yunus menjadi anggota Dewan Penasihat.

3. Mayjen (Purn) Glenny Kairupan (Direktur Penggalangan)

Glenny merupakan teman seangkatan Prabowo dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Akademi Militer angkatan 1970. Pada 2012, Glenny resmi bergabung dengan Partai Gerindra.

Glenny anggota Dewan Pembina Partai Gerindra. Almarhum Suhardi, Ketua Umum Partai Gerindra sebelum Prabowo, menyebut Glenny-lah yang menggalang dukungan dari bekas koleganya di Angkatan Darat, Laut, Udara, dan Kepolisian RI untuk berbondong-bondong masuk Gerindra.

Karir militer Glenny melesat saat konflik di Timor Timur hingga menjadi Komandan Komando Resor Militer (Danrem). Dia pernah diperiksa oleh Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM Timor Timur.

4. Letnan Jenderal TNI (purn) Yayat Sudrajat (Direktur Pengamanan dan Pengawasan)

Yayat yang merupakan lulusan Akademi Militer 1982, kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Berkarya. Yayat pernah menjadi Direktur Kontraterorisme Deputi Bidang Kontra Intelijen Badan Intelijen Negara, Kepala Badan Intelijen Strategis TNI. Jabatan terakhirnya di pemerintahan adalah Sekretaris Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan.

Pada Juli 2018, Yayat bergabung dalam deklarasi purnawirawan Komando Pasukan Khusus mendukung Prabowo. Dia menghadiri deklarasi itu meski Partai Berkarya belum memutuskan mendukung Prabowo di pilpres 2019.

5. Laksamana Madya TNI (purn) Moekhlas Sidik (anggota Dewan Pengarah)

Moekhlas Sidik merupakan purnawirawan Angkatan Laut yang bergabung dengan Partai Gerindra sejak 2012. Setelah Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi meninggal, Moekhlas menjadi Ketua Harian untuk membantu Prabowo yang merangkap jabatan sebagai Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina.

Moekhlas kini menjadi anggota Dewan Pengarah di Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga.

6. Mayor Jenderal TNI (purn) Judi Magio Yusuf (Wakil Ketua)

Judi Margio Yusuf saat ini menjadi anggota Dewan Pembina Partai Gerindra. Setelah purnatugas di TNI, Judi lebih banyak berbisnis. Saat ini, dia Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen PT Ancora Indonesia Resource Tbk (AIR). Dia menjadi wakil komisaris utama di perseroan yang bergerak di bidang pertambangan itu sejak 2012. Pada periode 2008-2012, Judi adalah komisaris utama. Judi juga merangkap sebagai komisaris PT Inti Karya Persada Teknik sejak 2007.

Semasa aktif di militer, Judi Magio pernah menjabat Asisten Pengamanan Kepala Staf TNI AD pada 2003-2006, Atase Pertahanan RI di Canberra, Australia pada 1998-2001 dan Staf Atase Pertahanan RI di London, Inggris pada 1986-1989. Judi lulus dari AKABRI pada 1973 dan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) pada 2002.

7. Brigadir Jenderal TNI (purn) Anwar Ende (Wakil Sekretaris)

Anwar Ende pernah menjadi Komandan Pusat Intelijen Angkatan Darat (Pusintelad) pada 2004-2008. Di Partai Gerindra, Anwar anggota Dewan Pembina.

8. Mayor Jenderal TNI (purn) Musa Bangun (Sekretaris Eksekutif)

Mantan Koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat ini merupakan Ketua Umum Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya (PPIR), organisasi sayap Gerindra. Organisasi ini merupakan wadah berkumpulnya para purnawirawan.

9. Mayor Jenderal TNI (purn) Arifin Seman (Direktur Monitoring, Analisa, dan Advokasi Tim Pemenangan Prabowo- Sandiaga)

Arifin adalah anggota Dewan Pembina Partai Gerindra. Karir militer mengantarnya menjadi Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) pada 2009-2010. Dia juga pernah menjadi Tenaga Pengajar Bidang Kewaspadaan Nasional Lemhanas. Sejak tahun ini, Arifin menjadi Direktur Utama PT Trimuda Nuansa Citra, perusahaan jasa pengiriman udara.

Sumber : Tempo

Pencarian berita terkait:

  • Musa bangun
  • Anwar ende
  • biodata musabangun
  • jendral musa bangun
  • m yunus yosfiah danrem 164 timor timur
  • Mayjen (Purn) Musa Bangun
  • Tni tegur purnawirawan
Andi G Prakoso

Tinggalkan Komentar