Kekuasaan Itu Ada Batas Waktunya, Jenderal!
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo kembali jadi sorotan. Eks Kepala Staf TNI AD (KSAD) itu merasa dicopot dari posisi Panglima TNI karena menginstruksikan jajarannya untuk menonton film Gerakan 30 September atau G 30 S/PKI.
Manuver Gatot itu direspons anggota Komisi III DPR RI Luqman Hakim. Menurut Luqman, posisi Gatot sebagai Panglima TNI saat itu memang ada batasnya sehingga sudah waktunya diganti.
Luqman juga menyebut film yang dibuat pada masa Orde Baru itu juga dinilai manipulatif sehingga tidak tepat ditonton. “Kekuasaan itu ada batas waktunya, Jenderal! Jika sejarah ‘65 anda sederhanakan sebatas sama dg Film G/30/S, sudah tepat Presiden mencopot anda secepatnya! Film itu manipulatif,” tulis Luqman, di akun Twitternya, @LuqmanBeeNKRI, yang dikutip VIVA, Rabu, 23 September 2020.
Menurutnya, Gatot sudah cukup memimpin TNI selama dua tahun. Luqman juga meminta pria kelahiran Jawa Tengah itu untuk bersyukur atas pencapaiannya yang sempat merasakan menjadi Panglima TNI di Indonesia.
“Dua tahun menjadi panglima udah panjang lho, kok seperti tdk bersyukur gitu?” ujar politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.
Sebelumnya, eks Panglima TNI yang juga Presidium Komite Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, menceritakan kembali latar belakang dirinya dicopot oleh Jokowi.
Gatot mengungkap salah satu alasan dicopot sebagai Panglima TNI karena menyelenggarakan nonton bareng (nobar) film sejarah G30S/PKI.
Hal ini diungkapkan oleh Gatot dalam siaran akun YouTube Hersubeno Point. Pengakuan Gatot ini langsung mendapat berbagai macam respons dari netizen.
“Pada saat saya menjadi Panglima TNI, saya perintahkan jajaran untuk menonton (film) G30S/PKI,” kata Gatot dikutip dari YouTube Hersubeno Point pada Rabu, 23 September 2020.
Saat itu, Gatot mengaku punya sahabat dari salah satu partai. Namun, Gatot tidak menyebutkan nama sahabatnya itu.
Menurut dia, sahabatnya sudah mengingatkannya agar setop rencana nonton film G30S/PKI. Jika dilanjutkan rencana tersebut, maka posisinya sebagai Panglima TNI terancam.
“Saat itu, saya punya sahabat dari salah satu partai saya sebut saja PDIP, menyampaikan, Pak Gatot hentikan itu. Kalau tidak, Pak Gatot akan diganti. Saya bilang terima kasih, tapi saya gas karena ini (komunisme) benar-benar berbahaya. Dan benar, saya diganti,” ujarnya.